Cidera Tendon Posterior Tibialis
fathurhoho

Cidera Tendon Posterior Tibialis

Published by:
Sekitar pertengahan bulan Juni 2025 setelah mengikuti event di JAKIM 2025 di kategori Half Marathon, dimana sebagian orang-orang mengalami post-race blues, ada rasa malas, kosong, 'off-season' cenah. Saya malah sebaliknya, malah makin semangat lari. Apalagi saat itu rasanya progress saya bener-bener signifikan.

Kondisi ini saya sadari dengan 'newbie gains'yang tentu tidak ingin saya sia-siakan. Sesaat setelah JAKIM, saya (dan istri) langsung registrasi untuk BorMar 2025 dan yes, saya ambil kategori Marathon, 42 koma sekian kilometer, men! Pede beut saya dan ga sabar buat masuk training block marathon!
Karena semangat itu, tidak ada periode rest yang signifikan after race, terlampau semangat malah darderdor buat lari high-intens, sorenya hajar lagi leg day yang cukup high-intens juga, dan singkatnya kemudian.. yap. Berakhir cidera!

Cidera di Pelari yang Akumulatif

Dari beberapa cerita yang saya baca/dengar bahwa cidera yang dialami oleh para pelari umummya adalah hasil akumulasi dari beban latihan-latihan sebelumnya. Artinya tidak semata-mata cidera hanya karena satu latihan terakhir.

Kemudian karena sifatnya akumulatif, biasanya cidera akan memmberikan tanda-tanda atau gejala terlebih dahulu. Tapi sayangnya, sebagian orang termasuk saya sendiri tidak menyadari hal ini atau malah mengabaikannya. Akibatnya cidera semakin parah dan butuh waktu yang lebih lama untuk penyembuhannya.

Bengkak di Tendon Posterior Tibialis

Hal ini saya alami setelah melakukan "hard day hard" tepatnya Selasa pagi Interval + Sore Leg Day dengan intensitas high di keduanya keesokan harinya saya DOMS parah, luar biasa, tidak pernah se-parah ini. Bangun tidur tidak bisa jalan, butuh waktu beberapa menit buat 'manasin' otot terlebih dahulu sebelum bisa dibawa gerak kemana-mana.


Bisanya DOMS leg day saya paling lama di 2 hari, kali ini lebih. Hingga hari Minggu berikutnya saat CFD saya merasakan nyeri di mata kaki bagian dalam atau Posterior Tibialis. Ini pun tetap saya abaikan sampai beberapa minggu dan akhirnya muncul pembengkakan.

Tahap Sadar Diri, Fisioterapi, dan Treatment

Di dunia lari atau olahraga lainnya, ada jenis orang sulit menerima kondisi bahwa dirinya tengah cidera, ada, saya contohnya. Cideranya sudah sejak Juli, baru ke fisio di bulan Oktober. Kondisi tendonnya sih sudah engga bengkak, hanya karena sebulan lagi jadwal Bormar jadi 'terpaksa' datang ke fisio untuk 'minta saran' aman atau engga buat lari marathon, ahelah.


Kondisinya sudah mulai membaik karena saya sudah turunin load lelarian. Rasa nyeri masih ada tapi masih bisa ditolerir bahkan sudah beberapa kali longrun 30k tidak ada pembengkakan lagi. Tentu PR berikutnya adalah latihan penguatan yang justru malah saya kurangin setelah mengalami cidera ini.

Custom Insole - Arch Support

Akibat dari cidera ini, beberapa menu kunci lelarian saya sering DNF. Menu easy tak lagi hepi. Hingga lari tidak lagi se-menyenangkan itu. Disini saya mulai paham bahwa cidera sekecil apapun tidak boleh diabaikan.

Menariknya saya punya Hoka Clifton 8, saat menggunakan sepatu ini kok rasa nyerinya tidak begitu terasa. Akhirnya saya coba pelajari sepatu ini, ternyata memiliki lengkungan kaki yang cukup tinggi menahan arch kaki saya untuk jatuh kebawah saat menopang beban tubuh sehingga tendon tidak banyak terbebani.

Maka saya coba cari-cari solusi arch support dari membeli bantalan jel, atau cetakan arch support yang digunakan di bawah insole sepatu, hingga membeli beberapa insole sepatu arch support. Dari beberapa uji coba, maka saya cocok di arch support merek Bangni, 2 jenis ini yang cocok bagi saya.


Insolenya tidak terlalu tebal sehingga tidak terlalu mengganggu fit sepatu. Bagian tumit memang lebih tinggi, tapi menjadikannya sangat empuk, pasti yang larinya landing di heel merasakan manfaatnya maksimal banget. Lalu ada 2 pilihan tinggi arch nya, yaitu 2cm (kuning) dan 1.5cm (hijau).

Setidaknya 2 itu cocok bagi saya. Beberapa solusi coba-coba lainnya tidak saya sampaikan disini karena tidak cocok dan akhirnya tidak terpakai, seperti insole yang tinggi lengkungannya sampai di 3.5cm malah menjadikan tumit kaki rasanya seperti mau lepas dari sepatu.

Ilmu Menjadi Benteng Kesalahan

Sejak awal memulai rutinitas olahraga, saya sangat membawa prinsip kehati-hatian. Sangat hati-hati dan sangat pelan, jangan sampai ada satu kesalahan yang menyebabkan kelelahan berakibat besoknya saya tidak bisa olahraga lagi. Iyes, segitunya saya bersungguh-sungguh.

Jangan sampai rutinitas olahraga ini hanya berjalan satu-dua bulan atau cuma beberapa tahun saja. Namun ternyata pengalaman mengajarkan saya bahwa tekad tanpa dibentengi ilmu akan mencapai sebuah kesalahan. Semakin besar tekad, semakin besar pula ilmu yang dibutuhkan untuk membentenginya.

Sekali Lagi, Pahami Ilmunya

Ilmu sebagai penolong dari keburukan, ilmu juga sebagai penolong kita memperoleh kebaikan, di bidang apapun, termasuk di dunia lelarian, sekalipun kita bukan berprofesi sebagai atlet, yang mencari nafkah / rezeki dari dunia lari, menurut saya tetap wajib mempelajari ilmunya.

Harapan di 2026 bagi saya yang bukan atlet profesional, cukuplah tidak cidera. Asal maksimal manfaat yang bisa diperoleh dari rutin berolahraga.

0 comments:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan bijak