Bagi Kamu yang Ingin Pergi Merantau
fathurhoho

Bagi Kamu yang Ingin Pergi Merantau

Published by:
Kamu yang hari ini atau sebentar lagi akan merantau, pergi meninggalkan kampung halaman demi sebuah alasan pekerjaan ataupun pendidikan, bersemangatlah kawan! Sebentar lagi lika-liku dinamika kehidupan akan kamu jalani, beragam pengalaman akan kamu temukan.

Bersyukurlah kawan, karena banyak orang lain yang tidak punya kesempatan untuk merantau. Bisa jadi karena alasan dana yang tidak mencukupi, izin orang tua yang tidak ingin jauh dari anak kesayangannya, atau mereka yang memiliki tanggung jawab dirumah yang tidak bisa ditinggalkan.

Namun ada juga yang tidak merantau karena tidak ada keinginan atau tidak memiliki alasan untuk pergi merantau.“Untuk apa saya merantau? Toh disini saya udah nyaman, saya bersekolah dan bekerja dengan nyaman, dekat dengan keluarga, orangtua dan juga teman-teman.”

Merantau atau tidak, keduanya tidak ada yang salah.
Banyak yang bilang, orang batak itu harus merantau kalau sudah beranjak dewasa. Hal ini berbeda dengan saya, justru saat itu orang tua lebih menginginkan saya menetap di kampung halaman.

Tidak Mendapat izin orang tua untuk merantau

“Lulus SMA dan mau lanjut kuliah di luar kota? Disini aja lah nak, nanti kalau ada pembukaan lamaran kepolisian, coba disitu. Atau nanti tunggu ada lowongan PNS. Atau kuliah aja di kampus disini yang dekat-dekat biar bisa sambil buka usaha”

Ahh tidak…
Saya anak bungsu dari 3 bersaudara yang sempurna, ada kakak perempuan di nomor 2, dan abang laki-laki nomor pertama, imam kami setelah Ayah tercinta.

Saya ini si anak bungsu yang maunya harus diturutin yang permintaannya paling banyak. Daripada harus merepotkan terus dirumah, atau paling tidak kalau saya jauh masih ada 2 lagi yang dekat dengan mereka, (pikir si bungsu).

Izin Merantau

Sejak duduk di bangku sekolah saya sudah punya keinginan untuk melanjutkan pendidikan di luar kota, Bogor ataupun Bandung yang saat itu menjadi tujuan. Padahal sejujurnya tidak tau mau kemana, mau ke Universitas mana kaki ini akan dilangkahkan.

Yang jelas keinginan memulai kehidupan diperantauan adalah salah satu cita-cita saya sebagai langkah menggapai cita-cita yang sebenarnya.

Movitasi Saya Ingin Pergi Merantau

Di bangku SMA saya sudah aktif menggunakan layanan internet dan beragam media sosial, mungkin darisini lah pemikiran saat itu mulai berubah.

Saya yang saat itu membuka jasa perbaikan komputer/laptop, sangat terbantu dengan keberadaan internet. Melalui forum-forum, blog pribadi, website produk-produk komputer, itu semua sangat membantu bagi saya yang saat itu belajar secara otodidak menjadi reparator komputer.

Darisana, saya mengenal orang-orang di dunia maya, mereka banyak membantu kalau ada kesulitan jika ada hal-hal yang belum saya mengerti. Sayangnya, sebagian besar dari mereka adalah yang berdomisili di Pulau Jawa dan lulusan Universitas-universitas di Pulau Jawa.

Ini masih salah satu alasan saya ingin melanjutkan kuliah di Pulau Jawa. Kebetulan beberapa bulan sebelum kelulusan SMA,  saya sudah diterima sebagai mahasiswa Teknik Komputer di salah satu Universitas di Bogor.

Keinginan saya tampaknya semakin bulat, “Saya akan banyak belajar disana, banyak orang-orang hebat disana yang bisa membantu saya untuk saya berhasil. Saya bertekad tidak akan mengecewakan mereka berdua, dan benar-benar akan menunjukkan hasil yang memuaskan dalam waktu 3-4 tahun kedepan”

Alhamdulillah, dengan segala keridhaan orang tua, saya mendapatkan izin untuk melangkahkan kaki ini ke negeri perantauan.

Teringat dengan riwayat yang dikisahkan dalam hadist Sunan Abi Dawud No. 2540 Kitabul Jihad, seorang sahabat yang hijrah untuk jihad pada masa Rasulullah.

dari Abi Said al-Hudriyi: Sesungguhnya ada seorang laki-laki dari Yaman hijrah pada Nabi, maka Nabi bertanya: “Apakah engkau memiliki seseorang di Yaman?”
Laki-laki itu menjawab, “Kedua orang tuaku”.
Lalu Nabi bertanya kembali, “Apakah keduanya memberi izin engkau?.”
Laki-laki itu menjawab, “Tidak”.

Nabi bersabda: “Kembalilah kamu pada keduanya, maka mintalah izin pada keduanya, jika mereka memberi izin maka berjihadlah, namun bila tidak memberi izin maka berbuat baiklah kamu kepada mereka”.

Ingin Merantau Namun Tidak Disetujui Oleh Orang Tua

  1. Dari hadist diatas, dapat kita pahami bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua derajatnya melebihi Jihad fii Sabilillah (termasuk merantau).
    Kawan, keberadaan kita dimuka bumi ini tidak lepas atas perjuangan mereka berdua, maka berbuat baik kepada mereka adalah satu kewajiban yang harus dilakukan sebelum kita menuntut keridhaan mereka.
  2. Kenalilah dirimu dan juga kemampuanmu.
    Ceritakan dengan jujur rencana apa yang akan kamu lakukan disana. Apakah kamu hanya ingin berkuliah atau ada hal lain yang ingin kamu lakukan di perantauan dan bagaimana kamu melakukannya.

    Ingatlah bahwa mereka tidak diciptakan di zamanmu dimana kini dunia telah banyak berubah. Ceritakan dengan jelas rencana perjalananmu diperantauan sehingga mereka benar-benar dapat membayangkan hendak kemana dan apa akan dilakukan anaknya di perantauan.
  3. “Apa cita-citamu nak?” Jangan ragu-ragu menjawab, “Saya akan jadi Dokter yang handal! Saya akan jadi seorang Guru Proffesional! atau apapun itu..” Kawan, semestinya kamu sudah dewasa memilih dan target apa yang kamu kejar. Stop budaya ikut-ikutan, teman kuliah ikut kuliah, teman kesana ikut, kesini ikut. Tanamkan pemahaman bahwa rencana ini untuk dirimu demi nasibmu kedepan.

    Jika kamu merantau hanya karena teman-temanmu yang lain juga merantau, sehingga kamu masih ragu-ragu akan cita-citamu, jangan salahkan mereka kalau tidak memberi izin.
  4. Berikan mereka alasan dan pandangan yang jelas mengenai tempat/universitas yang kamu pilih.
    Dengan target yang kamu miliki, peluang apa yang diberikan universitasmu, seperti apa lulusannya, atau alasan-alasan lain diluar itu seperti suasana kota, lingkungan, dan sebagainya. Mereka akan dapat membayangkan kondisi lapangan seperti apa yang akan dilalui anaknya nanti.
  5. Kamu sudah lakukan point diatas?
    Tentunya orang tua kamu akan memberikan jawaban. Coba dengar baik-baik seluruh pertimbangan mereka dan jawab seluruh keraguan mereka dengan sopan dan lemah lembut serta hindarilah perdebatan. Pahami benar-benar apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka inginkan.

    Percayalah, mereka sangat menyayangimu. Orang tua akan melakukan apapun demi kebahagiaan anak-anaknya. Jika mereka tidak memberi izin, maka cobalah mengikuti keinginan mereka dan bila tekadmu untuk merantau tetap melekat, bersemangatlah! Coba kamu ulangi lagi dari point 1.
... .. ...
4 tahun lalu… “Ya, kami izinkan”..

Satu kalimat yang saya dengar ketika orang tua memberikan izin untuk si bungsu mereka merealisasikan niatnya untuk melanjut hidup di kota orang. Satu kalimat yang tidak semerta-merta mereka lontarkan.

Sebab “ini tentang masa depan anakku kelak”.

Yah, siapa lagi yang mati-matian memperjuangkan masa depan saya kalau tidak mereka.
Satu kalimat sebagai pertanda mereka telah mempercayakan saya untuk mempertanggung jawabkan amanah yang mereka berikan.

Benar kata orang, "merantau itu menyedihkan".

Jauh dari orang tua, jauh dari teman-teman dan kerabat lama. Hidup mandiri sangat dituntut di tanah perantauan. Mulai dari mengelola keuangan bulanan, uang makan, uang kost, transportasi kebutuhan perkuliahan dan lain-lain. Jaga diri, memilah-milah yang baik dan buruk demi kemaslahatan hidup.

Berusaha tetap rutin memberi kabar kepada keluarga di kampung halaman seperti apapun kondisi saat itu, sebagai bentuk rasa sayang kepada mereka salah satunya adalah menghilangkan rasa kekhawatiran yang mereka rasakan.

Benar kata orang batak, Di perantauan itu, harus bisa mematahkan segala keterbatasan. Apa yang ga bisa diangkat, harus bisa diangkat!

Kalimat ini memberikan energi yang luar biasa dan selalu terngiang setiap saat menghadapi keterbatasan di perantauan. Banyak makna dari kalimat ini, penerapannya pun cukup luas. Dari hal kecil seperti dulunya saya tidak pernah mencuci pakaian sendiri, hari ini harus bisa! Masak sendiri, harus bisa!

Kawan, sangat disayangkan kalau di perantauan kita tidak melatih hal-hal kecil seperti mencuci pakaian, perlengkapan makan.

Kamu lebih memilih menggunakan cara instant seperti memilih untuk melaundry pakaian? Memilih makan diluar/warung dan tidak mengatur jadwal makanmu secara teratur? Kamu seorang perempuan? Belum pernah memasak? Tidak bisa memasak? Belajarlah! Sekalipun satu semester kamu hanya mengetahui bagaimana caranya merebus sayur dengan benar.

Kawan, ingatlah!

Ini adalah soal tanggung jawab. Ciptakan perubahan yang lebih baik dari dirimu, mulai dari hal kecil, sekecil apapun bahkan yang tidak terlihat sekalipun.
... .. ...
Sebentar, kalimat-kalimat diatas bukan untuk memberikan ceramah untuk kamu pembaca. Melainkan diri saya sendiri. Semua nasihat-nasihat diatas bergejolak dikepala saya. Hingga kini. Saya seringkali membuka tulisan ini sendiri untuk membangkitkan semangat diri.

Rapuh memang diri ini :D
Kerasnya tanah perantauan seringkali berhasil membuat nyali ini ciut dan ingin menyerah.

Ah, rasanya ku ingin pulang saja!!

4 comments:

  1. Sangat menginspirasi.. saya bantu utk share lagi ya bang

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. Eh waang, silahkan masuk. Duduk duduk, mau minum apa?

      Delete

Berkomentarlah dengan bijak